KEGAGALAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA
Setelah kurikulum KTSP diberlakukan di sekolah-sekolah, kini pemerintah kembali menciptakan kebijakan baru yakni pendidikan berkarakter. Diharapkan semua mata pelajaran yang diberikan disekolah-sekolah mengintegrasikan pendidikan berkarakter. Disini saya tidak akan menjelaskan apa itu pendidikan berkarakter, tetapi saya hanya akan mengulas sedikit tentang kegagalan pendidikan berkarakter tersebut.
Saya sependapat dengan istilah
orang-orang yang berhasil, mereka mengatakan bahwa pengorbanan berupa biaya di
keluarkan hanya untuk membiayai keberhasilan bukan kegagalan. Pemerintah
menilai bahwa kurangnya moral yang dimiliki rakyat Indonesia saat ini adalah
karena pendidikan di Indonesia tidak mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa ini.
Pergeseran nilai tersebut adalah akibat dari tidak adanya karakter di setiap
mata pelajaran yang diberikan disekolah, olehnya itu maka pengintegrasian
pendidikan berkarakter di kurikulum pendidikan sangat penting bahkan wajib
dilakukan. Namun apakah program pemerintah ini yang telah menghabiskan banyak
biaya untuk pelatihan, sosialisasi, dan lain-lain akan berhasil???
Menurut pendapat saya bahwa program
tersebut akan kembali gagal. Beberapa hal yang akan menggagalkan program
tersebut adalah :
- DPR
Jiwa
atau roh pendidikan berkarakter adalah moral. Semakin baik penerapan karakter
dalam diri siswa didik maka akan semakin baik pula moral anak didik tersebut.
Pembelajaran moral tidak dapat diberikan melalui kata-kata bahkan angka-angka,
tetapi pembelajaran moral dimulai dari penglihatan. Anak didik akan banyak
belajar dari apa yang dilihatnya, guru berprilaku baik akan dapat mempengaruhi
prilaku siswa kearah yang lebih baik begitu pula sebaliknya. Sehingga guru
dituntut untuk selalu berprilaku baik. Namun walaupun guru sudah berupaya untuk
terus menjaga prilakunya tapi ternyata penglihatan siswa tidak terbatas hanya
pada guru. Siswa juga belajar dari lingkungannya, salah satunya adalah prilaku
para anggota DPR kita. Kalau siswa selalu berantem maka jangan heran anggota
DPR telah memberi contoh kepada mereka, siswa tidur dikelas pada saat jam
pelajaran ternyata anggota DPR juga tidur diwaktu sidang, siswa tidak
memperhatikan apa yang diterangkan oleh guru, anggota DPR juga demikian karena
diwaktu sidang banyak anggota DPR malah asyik cerita bersama teman-temannya,
Siswa mengenal film porno eh anggota DPR juga mempertontonkan demikian.
Sehingga jangan heran kalau anggota DPR telah memberi andil besar dalam
penghancuran moral anak bangsa ini.
- Acara Televisi
Acara
televisi di Indonesia saat ini banyak yang tidak mengandung pendidikan. Hal-hal
yang tidak sepantasnya ditampilkan malah menjadi acara favorit di televisi.
Katakanlah acara Infotainment yang banyak bercerita tentang prilaku buruk dari
para artis akibatnya banyak anak meniru gaya mereka. Sinetron adalah program
yang tidak bermoral, cerita yang ditampilkan mengubah gaya berpikir anak kearah
yang tidak baik. Bahkan sinetron sebenarnya telah merusak citra beberapa
institusi di Indonesia seperti kedokteran. Bayangkan untuk menentukan bahwa
seorang anak adalah anaknya dilihat hanya melalui golongan darah bukan tes DNA.
Rumah sakit diobrak-abrik datanya oleh peran jahat dengan mengubah-ubah hasil
tes dan lain sebagainya. Apakah ilmu kedokteran seperti demikian??? Apakah
rumah sakit baik pelayanan sampai dengan pegawainya memiliki prilaku seperti
yang di ceritakan oleh beberapa sinetron?
Institusi
lainnya seperti kepolisian sangat memalukan sekali. Coba anda banyangkan hanya
untuk menangkap orang didepan matanya beberapa petugas, kok para petugasnya
keok seperti orang yang belum pernah makan sehingga buronannya berhasil
melarikan diri. Yang paling ironis bahwa ternyata yang melarikan diri tersebut
adalah perempuan. Polisi macam apa ini kah!!! Lembeeeekk!!!!
Institusi
Dinas Pendidikan. Kalau diperhatikan dengan cermat dan teliti maka sinetron
telah menghina institusi ini. Coba anda lihat para pemeran yang berlatar
disekolah, para siswanya seperti gaya seorang preman yang tidak beraturan dari
ujung kaki sampai dengan ujung rambut, guru dipermainkan dan sekolah seperti
kubangan babi yang penuh dengan lumpur pergaulan bebas.
Dan
masih banyak lagi institusi pemerintahan yang citranya hancur oleh ulah para
sineas di sinetron. Apakah dengan kondisi ini pendidikan berkarakter dapat
berhasil? Ingat!!! siswa lebih banyak belajar melalui penglihatan bukan melalui
buku-buku pelajaran.
- Orang tua
Program
pendidikan berkarakter bukan hanya tugas guru semata, melainkan juga adalah
tugas orang tua. Saat sekarang banyak orang tua mengajarkan kepada anaknya
untuk berbohong misalnya “Nak, kalau ada yang tanyakan bapak/ibu sampaikan
bahwa bapak/ibu lagi keluar” padahal sebenarnya bapak/ibu anak tersebut
ternyata ada dirumah. Olehnya itu bila masih banyak orang tua yang berkarakter
seperti ini maka jangan pernah berharap pendidikan berkarakter akan berhasil
diterapkan kepada anak didik kita. Dan yang paling parah adalah anak didik
tersebut besar dari biaya hasil korupsi orang tuanya.
- Dan masih banyak lagi variabel-variabel yang dapat menggagalkan program pendidikan berkarakter misalnya kebijakan pemerintah daerah, faktor lingkungan, prilaku elit politik, ketidakadilan hukum yang berlaku, kebiasaan mengeksploitas masalah tertentu sehingga menjadi wacana politik, pemberitaan yang berlebihan, kurikulum yang gonta-ganti dan lain-lain
Dengan
demikian maka menurut hemat saya bahwa pendidikan berkarakter sulit untuk
diterapkan bahkan hasilnya akan gagal total baik dari segi pendidikannya itu
sendiri, psikologi, maupun ekonomi.
Berikut
sedikit percakapan orang tua dengan anaknya:
Orang
tua : Nak, belajar dengan baik agar kamu menjadi presiden, gubernur atau
bupati/walikota
Anak
: iya pak, saya akan belajar dengan rajin, dan saya janji agar setiap nilai
saya menjadi yang terbaik.
Orang
tua : nah....itu baru anakku.
Bila
sistem yang berlaku sekarang tetap dipertahankan maka anak tersebut walaupun
menguasai banyak ilmu pengetahuan saya yakin mimpi / citacitanya tidak akan
pernah terwujud. Hari ini untuk menjadi presiden, gubernur, bupati atau
walikota tidak diperlukan ilmu tetapi yang paling penting adalah uang. Sehingga
untuk menasehati anak bukan menyuruh anak untuk belajar dengan baik melainkan
suruhlah anak kita mencari uang sebanyak-banyaknya agar supaya bisa menjadi
presiden, gubernur, bupati/walikota.nah..loh... (kata bang rhoma: "terrrlaluu..!")
Tidak ada komentar:
Posting Komentar